Selasa, 09 Agustus 2011

Mengelola Negeri Dengan kasih Sayang

mengelola negri dg kasih sayang (bukan sekedar hal rutin, apalagi mengelola kebersamaan dg sikap durjana)

http://www.facebook.com/topic.php?uid=54923198234&topic=13294
Di halaman rumah seorg kyai, ada 2 pohon. yg satu sangat subur & berbuah sangat lebat, sedang yg satunya keliatan biasa2 saja.

Ketika ditanya, sang kyai menjawab: bhw pohon yg satu hampir tiap hari dielus2 dg perasaan kasih sayang, dengan penuh harapan.. juga waktu disiram selalu dilakukan dengan sungguh2 dan sering juga diberi kata2 yg baik dg kasih sayang.. misalnya hai pohon tumbuhlah subur dsb. sedangkan pohon yang lain diperlakukan biasa saja. kalau disiram ya disiram saja, diberi pupuk ya diberi pupuk saja, seolah itu memang hal yg rutin harus dilakukan.

Hasilnya pohon yg selalu diberi kata2 dan perlakuan dg kasih sayang.. berbuah sangat lebat dan subur.. sedangkan pohon yg diperlakukan rutin dan biasa saja, hasilnya ya biasa2 saja.

Ada seorg ilmuwan melakukan uji coba (dan sdh ada bukunya):
ada sisa makanan yang dipisahkan dalam 2 tempat dan diletakkan agak berjauhan.
ilmuwan tersebut memberi pesan kepada semua org disekitarnya,
bahwa pada satu tempat sisa makanan org2 itu diminta selalu mengatakan hal2 yg baik dengan penuh rasa kasih sayang.. misalnya i love you, terima kasih dsb
sedangkan pada tempat sisa makanan yang lain org2 ditugaskan selalu mengatakan hal2 yg buruk, dengan rasa kebencian, keserakahan.. misalnya fuck you, sisa makanan tak berguna dsb

Hasilnya beberapa hari kemudian..
sisa makanan yg diberi kata2 baik.. tidak cepat membusuk.. malah sebagian menjadi ragi yg berbau agak sedap
sedangkan sisa makanan yg lain.. sangat cepat membusuk dan timbul noda2 kehitam2an..

Dalam analisanya kemudian.. buku itu memberi pertanyaan.. bagaimana jk kata2 yg baik dan buruk itu jk ditujukan kepada anak, keluarga kita, teman2 kita dan lingkungan kita???

saya pikir sdh banyak orang yg baca buku itu dan mungkin sdh dipraktekan dalam kehidupan sehari2..

Saya mencoba merenung... ah seandainya apa yang ada dihalaman kyai tersebut dan juga apa yang telah dipraktekkan oleh ilmuwan dari manca negara itu diterapkan untuk hal yang lebih besar...
bukan hanya utk pribadi, keluarga.. tp masyarakatbangsa & negara

Misalnya... para politisi.. aparat pemerintah.. dan para pemimpin masyarakat.. pemimpin negara..
bagaimana mengelola, berinteraksi dan melangkah dalam masyarakat bangsa & negara... dengan kasih sayang.... bukan hanya karena kegiatan rutin.. lebih2 jangan sampai dengan cara durjana...

Tentunya tidak akan muncul kasus perampokan uang rakyat & negara dlm kasus bank century dan bank2 lain.. tidak muncul rekaman yg ... (sampai kehilangan kata2)... cicak buaya kodok kadal dinosaurus dsb.. tidak muncul begitu banyak kisah yg getir dan memilukan sekaligus memalukan sebagai bangsa yg seharusnya sdh menjadi bgs yg besar

mungkin negeri ini jk diibaratkan pohon dirumah kyai itu... bisa menjadi tanaman yg subur dan berbuah lebat
mungkin negeri ini jk dibaratkan sisa makanan (mungkin republik ini memang hanya merupakan sisa makanan ya... krn sdh dieksploitasi dan dijajah habis oleh manusia yg tdk bertanggungjawab)... bisa menjadi sesuatu yg harum...

Mungkin dari hal yg sederhana kita bs belajar banyak hal... mungkin kita sebagai manusia telah kehilangan sesuatu yg sangat mulia... yg merupakan anugerah Tuhan... kasih sayang... sehingga kita terjebak dlm rutinitas.. atau bahkan terjebak formalitas, formalisme dsb

lihat saja, tiap jumat masjid penuh, tiap minggu gereja penuh, tiap hari besar keagamaan kelenteng, vihara, pura penuh... tp korupsi, penghisapan dan eksploitasi yg sangat durjana pada sesama manusia dan lingkungan juga semakin tak berperi kemanusiaan... bahkan yg sangat memprihatinkan... sering dlm berita tv kita lihat.. dengan legitimasi dan mengucap nama Tuhan yg maha pengasih dan Penyayang... insan manusia memukuli, menyakiti insan manusia yg lain..

Untuk itu alangkah indahnya.. dan mungkin ada peluang bangsa dan negeri ini bangkit dari sisa2 dan puing2... menuju masa depan yg lebih baik... sebagai bangsa yg bermartabat dalam pergaulannya diantara bangsa2... jika para pemimpin negeri.. aparat pemerintah.. politisi... dan mungkin kita juga dalam skala yg lebih kecil memulai... mengelola dan menjalani kehidupan dan kesepakatan bersama yang oleh para orang pinter disebut bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ini dengan kasih sayang... bukan hanya sekedar rutinitas dalam hidup... lebih2 jangan sampai mengelola dengan sifat durjana yg tak kenal belas kasih

Yang pasti saya yakin peluang itu masih sangat terbuka.. keyakinan itu sebenarnya berlandas semangat... bahwa kita tidak mau anak cucu kita yg merupakan bagian dari anak cucu bangsa dan masa depan negeri ini hidup sebagai anak bangsa yg tanpa integritas dan dalam masyarakat yg meraba2 dalam kegelapan.. dan mengingat pesan dari pendahulu negeri... jangan sampai dimasa depan.. bangsa kita (disana ada anak cucu kita sendiri lho..) adalah merupakan kuli dari bangsa2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar